Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/?p=93
(I) Ribuan gentayangan menjambak rambutku,
bersama matahari melewati tujuh harinya bumi,
duabelas purnama, gerimis dan terik menyengat.
Yang malam, menyaksikan bintang-gemintang abadi,
atas padang rumput ilalang, kala kabut menebar sangsi;
udara mulai terhirup pemikiran, keraguan ganjil tertelan.
(II) Kalung melingkari leher bidadari,
tak lebih lebar punggung belati; ditempa cahaya purnama,
berkilatan menyambar nyawa perhitungan. Darah muncrat
sesegar perut perawan, yang terhunus pedang sendiri.
(III) Pada Faustmu, kubelajar tujuh kerahasiaan alam,
segala ruh mempesonaku, menuruti ke batas kota hening;
kita mengajarkan hembusan angin kencang pembebasan.
(IV) Sebab dinginnya cahaya mengendap,
kulit terdekat perapian, menjembatani kekuatan;
bertabrakan sebagaimana perang di altar nurani.
(V) Ini anak laba-laba memakan induknya; manusia,
dirayu mengenyam bahagia, serupa seribu pintu menawan.
(VI) Di batu hitam berlumut, percakapan hening suwong;
lembab merangsek dada perjuangan, dedaunan bergoyangan.
Embun topas terjatuh berguling, di tangan menjelma berlian.
(VII) Bersamaan fajar sesungguhnya, fajar semu tertelan,
kepada rimbun perut gua, relief terbaca, kesaksian tumpah.
(VIII) Salju meleleh di batang-batang sungai,
persetubuhi cahaya menjelma kaca;
ada bintik-bintik mutiara di pohon tua,
yang menyenangi menjerumuskan manusia.
Lewat sinar merah, biasnya limbung meragu,
berayun pada hati sebagaimana apel terbelah.
(IX) Teriak anak-anak di ladang perburuan,
tangisan ibunda di negeri penindasan;
api ganjil mencipta bayang tengah malam,
mereka sakit memandang gaib. Dan kalbu bergetar,
lahar memecah tulang mencabik daging mencabuti serat,
terkelupas kulit-kulit halus setelah hangus.
(X) Kesempatan penuh merampungkan karya,
berbeban sakit gelora membebas;
keringat dingin menderas setelah jaket mendung tebal
menutup tubuh langitan; demam bergejala keabadian.
(XI) Di perbatasan tidaknya, nyawa menggelantung,
menuruni tangga gelisah, membumbung uap batu nisan;
kekekalan terpahat, sedurung debu-debu mengubur jaman.
(XII) Darah mengalir ke sekujur hidup, gejolak api suci
melenturkan hawa pengab; gonjang-ganjing jiwa
menggedor pepintu, lalu gerbang alam terbaca.
(XIII) Pada titik tepian jurang ketentuan,
burung-burung gagak hinggap di dedahan;
saat kembang bermekaran memeluk tebing,
alunan tembang pujian melewati lembah pesawahan.
(XIV) Tugu kaca menancap di alun-alun tengah kota,
mereka bercermin melihat wajah masing-masing. Dan,
kelelawar beterbangan di ubun-ubun kantor pos tua,
sementara burung-burung kecil menggigil,
menelusupi barisan, terbirit keluar arena.
——–
5 Juli 2000 Yogyakarta.
1993
1995
1997
Aguk Irawan Mn
Agus B Harianto
Agus B. Harianto
Ahmad Syauqillah
Andhi Setyo Wibowo
Andika Ananda
Andong Buku #3
Arti Bumi Intaran
Balada
Balada-Balada Takdir Terlalu Dini (Ballads of Too Early Destiny)
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Utama
Biografi Nurel Javissyarqi
Brunel University London
Buku Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Daniel Paranamesa
Denny Mizhar
Diskusi 3 Buku Sastra 22 Juli 2011 di Yogyakarta
Eka Budianta
Enda Menzies
Hamdy Salad
Ibnu Wahyudi
In memoriam
Indrian Koto
Iskandar Noe
Jogjakarta
Jombang
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf An
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kedai Sinau Malang
Kitab Para Malaikat (the book of the angels)
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Laksmi Shitaresmi
Lamongan
Lathifa Akmaliyah
Leo Tolstoy
M. Yoesoef
Media: Crayon on Paper
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Murnierida Pram
Naskah Teater
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
PDS. H.B. Jassin
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Puisi
Pustaka Ilalang
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Reuni Perdana Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak 1991-1992
Robin Al Kautsar
Sabrank Suparno
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Teater Jerit
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra ke #24 di Warung Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Sofyan RH. Zaid
Sony Prasetyotomo
Sunu Wasono
Syaifuddin Gani
Tarmuzie (1961-2019)
Ts. Pinang
Ujaran
Universitas Indonesia
Veronika Ninik
Welly Kuswanto
Wislawa Dewi
6.06.2010
Isi Kandungan Buku Kritik Sastra
- @ Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- # Akhirnya